Red Devils Memanfaatkan Garis Pertahanan Tinggi Soton

Red Devils Memanfaatkan Garis Pertahanan Tinggi Soton
Red Devils Memanfaatkan Garis Pertahanan Tinggi Soton – Manchester United mengalahkan Southampton 3-2 dalam laga keenam Premier League mereka pada Minggu (20/9) malam di St. Mary’s. Southampton mencetak gol pertama melalui Graziano Pelle pada menit ke-13, namun MU mampu menyamakan kedudukan lewat dua gol yang dicetak Anthony Martial, plus satu gol dari Juan Mata.
Tuan rumah memperkecil ketertinggalan dengan sundulan Pelle empat menit menjelang akhir babak kedua. Kedua tim menggunakan formasi 4-2-3-1. Di kubu MU, Wayne Rooney ditempatkan sebagai gelandang serang, dan Martial mengisi posisi penyerang utama. Luke Shaw yang cedera patah kaki berada di posisi bek kiri yang sama dengan Marcos Rojo.
Rooney memainkan peran stabilitas di lini tengah
Red Deviltahu jika umpan langsung diarahkan ke tengah lapangan seringkali akan sia-sia. MU rawan selalu kalah dalam duel udara. Dari banyaknya tendangan gawang jarak jauh yang dilakukan David de Gea, hanya satu yang berhasil menjadi penguasaan bola bagi Rooney.
Alhasil, pemain asal Spanyol itu cenderung melepaskan tendangan gawang ke arah yang lebih dekat, lalu mengalirkannya ke kiri untuk Rojo. Tapi kulit bulat tidak serta merta menggulung ke depan dengan cepat. Jika kedua bek sayap sudah membawa bola ke tengah lapangan, bola akan diserahkan terlebih dahulu ke gelandang.
Di area tengah itulah Rooney yang ditempatkan sebagai gelandang serang turun untuk menjemput bola. Dia memutar bola di lini tengah, bahu-membahu dengan Michael Carrick. Dari proses penyerangan tersebut, MU lebih mampu menguasai bola dengan persentase 59%.
Pemain bernomor punggung 10 itu jarang melepaskan umpan variasi langsung ke kotak penalti Southampton. Ia lebih memilih memberikan bola kepada Carrick atau Morgan Schneiderlin di belakangnya, atau kepada Memphis Depay di kiri atau Juan Mata di sayap kanan.
Fungsi Rooney dimaksudkan untuk semakin memprovokasi tingginya lini pertahanan tuan rumah yang menunjukkan ketatnya tekanan lawan. Rooney mencoba memancing Oriol Romeu keluar lebih tinggi dari sarangnya, sehingga Virgil van Dijk terpancing meninggalkan posisinya sehingga celah Martial di kotak penalti Southampton semakin terbuka.
Diperkaya dengan pergerakan Juan Mata yang juga aktif bergerak ke tengah, cara tersebut relatif bisa memberikan ruang gerak bagi Martial. Apalagi penyerang utama MU saat itu lebih sering berada di setengah lapangan, kadang di tengah atau sedikit melebar ke sayap, lalu bergerak cepat ke depan kotak penalti saat bola sampai ke kaki Rooney atau Memphis atau Mata.
Pergerakan Martial juga lebih luwes karena partner Virgil di bek tengah, Jose Fonte, kerap bergerak ke sisi kanan pertahanan untuk membantu Maya Yoshida menaklukkan Memphis atau Rojo yang terkadang menyerang.
Cara bertahan yang memainkan garis pertahanan tinggi yang diperlihatkan Southampton memang membuat MU kesulitan menembus pertahanan Southampton dari lini tengah. Romeu dan Victor Wanyama kerap berhasil menahan serangan MU saat menggiring bola di area penalti. Sebanyak lima operan yang diblok berhasil di lini tengah dan empat tekel sukses di sisi kanan area setengah Southampton.
Wanyama menjadi orang pertama yang berduel dengan Schneiderlin atau Carrick. Lewat Wanyama, Soton memulai serangan dari lini tengah mengalir ke dua sayap mereka, yakni Dusan Tadic atau paling sering Sadio Mane di sisi kanan.
Saat serangan dibangun, Romeu tak terprovokasi hingga sepertiga akhir oleh lawan. Dia bertahan di setengah atau terkadang membantu di sisi kanan sehingga dia bisa menghentikan pergerakan Rojo atau Memphis lebih awal.
Aliran bola MU dari tengah ke sisi kiri yang ditempati Memphis kerap berakhir imbang karena Yoshida, full-back kanan Southampton, kerap berhasil memotong aliran bola sebelum mencapai Memphis. Jadi bukan hanya memukul Memphis, tapi sering memotong aliran bola ke Memphis.
Demikian pula, Jose Fonte membantu Yoshida menjaga area kanan pertahanannya sendiri. Akibatnya, tidak jarang Memphis dibayangi oleh Yoshida dan Fonte, atau terkadang Yoshida dan Romeou.
Sedangkan Rojo sebagai full-back kiri agak berhati-hati untuk bertindak terlalu jauh membantu Memphis yang sedang mengolah bola. Jika Memphis menguasai bola di depannya, Rojo hanya bergerak ke tengah lapangan. Dengan Rojo di posisi akhir, Memphis bergerak ke tengah untuk memberi umpan kepada Fonte. Maka Memphis sering memainkan aksi-aksi individu yang kerap diperumit oleh pengawalan Yoshida dan Fonte.